Standart ProdukTPT

Jangan Salah Kaprah Menyebut Brokat Padahal Lace

BULETIN TEKSTIL.COM/ Jakarta – SUDAH menjadi tradisi di negeri ini bahwa,  Lebaran selalu identik dengan busana baru. Kurang afdol apa bila saat saling berkunjung tidak mengenakan busana baru. Tentu saja ini merupakan  momen ‘panen’ omzet bagi pengusaha tekstil dan pegiat fashion. Warna warni dan aneka macam corak dan motif dari berbagai  macam bahan tekstil, akan ditawarkan diberbagai tempat penjual busana.

Namun sebelum belanja sudahkah Anda mengenal betul bahan busana apa yang akan dikreasi? Pasalnya, saat ini masih ada masyarakat yang keliru memilih bahan busana. Terutama untuk bahan jenis Brocade (Brokat). Hal itu terungkap dalam zoominar yang menghadirkan duet tokoh tekstil Surabaya yakni Aryani Widagdo (fashion educationist founder Arva School of Fashion) dan Adi Kusrianto ( dosen tekstil dan juga penulis buku).

Dalam zoominar Selasa (11/4) yang diikuti sekitar 400 audience, Aryani  meluruskan adanya kekeliruan masyarakat yang menyebut kain brokat padahal yang dimaksud adalah lace (knitted lace).

Kesalahan ini di dukung oleh para reailer kain yang memasang label brokat di pada kain yang sebenarnya itu adalah lace.

Aryani

Padahal kan beda. Brokat itu tidak nerawang. Sedangkan kain lace itu sebenarnya kain renda,” ujarnya seraya menunjukkan contoh beberapa kain brokat yang benar .

Namun di toko-toko besar di Surabaya, sudah ada beberapa yang benar menempatkan label brokat di kain brokat yang sebenarnya,” ujarnya.

Contoh busana dengan bahan Brokat.

Dikatakan, kain brokat biasanya malah digunakan sebagai kain pelapis mebel. Tetapi, tetap kelihatan cantik dan mewah juga pada saat didesain menjadi busana. Kemudian, ia menunjukkan beberapa contoh busana berbahan brokat karya desainer terkemuka seperti  Dior dan Valentino Giovani. Adapun ciri-ciri kain brokat menurutnya adalah, brokat lebih tebal bila dibanding kain lace kain (renda).

Sedang kain lace, lebih menerawang karena bentuk dasarnya berupa jaring-jaring alias Net. Misalnya Chantilly Lace. Sedang yang agak tebal dinamakan Guipure Lace yang motifnya dihubungkan dengan “jembatan”.

Adi Kusrianto

Namun di Indonesia, orang menyebut renda ziper ada juga yang menyebut renda prada yang menggunakan bahan benang emas,” ujarnya seraya menambahkan hal itu karena tahun 2008, para perancang dunia banyak yang meluncurkan rancangan busana dengan bahan Guipure yang kemudian di Indonesia heboh dengan renda prada.

Dipasaran, kain lace diipasarkan dengan berbagai kualitas. Dari harga mulai 250 ribu hingga jutaan rupiah. Guipure Lace pada dasarnya adalah kain bordir yang dibordirkan diatas kertas yang larut air (bahan solvron) yang memiliki kualitas bagus, pada saat digunting ornamennya tidak bertiras. Apabila dibakar pinggirnya, maka tidak akan menimbulkan warna hitam (gosong) karena terbuat dari serat alam. Sedangkan yang murah, bila diambil ornamennya akan bertiras, dan bila dibakar pinggirnya akan hitam atau gosong. Karena ada bahan poliester didalamnya.

Contoh busana dengan bahan Chantilly Lace (kiri) dan Guipure Lace (kanan).

Selain menjelaskan tentang perbedaan kain brokat dan lace, Aryani juga menjelaskan beberapa jenis bahan busana yang sering menimbulkan kekeliruan di masyarakat misal, Felt yang banyak dianggap sebagai kain flanel, dan juga menjelaskan perbedaan antara kain Sateen dengan Satin. Selain itu juga dijelaskan beberapa kain yang umum digunakan masyarakat seperti, Chiffon, Dobby, Doupion,  Duchese, Linen, Jersy, Santung, Sutra,  Spandex dan lain sebagainya. Sekitar 25 bahan busana yang dijelaskan saat itu.

 “Itu yang umum digunakan masyarakat. Padahal sebenarnya, ada ratusan jumlahnya. Setiap mengajar mahasiswa baru, saya meminta mereka menyebutkan nama-nama bahan busana yang mereka kenal. Pada umumnya, maksimal hanya bisa menyebutkan 5 saja,” ungkapnya.

Sementara, Adi Kurianto memberikan panduan sebelum memilih bahan busana untuk dikreasi. Panduan itu antara lain, terbat dari apa serat kainnya, serat berbentuk filamen apa  staple, bisa digunakan apa saja kain tersebut, bagaimana bentuk anyamannya, rapat apa renggang tenunannya, menggunakan warna alam ataukah kimia, menyerap air ataukah tidak, bagaimana drappernya, bagaimana kesan permukaan kain kasar atau halus, bersifat melar ataukah tidak, menyusut ataukah tidak, bagaimana mengatasi kain susut, luntur ataukah tidak, gampang brodol/ terburai atau tidak, tahan lama ataukah tidak dan sebagainya.

Hal-hal seperti itu wajib diketahui konsumen supaya bisa mengantisipasi siafat-sifat kain tersebut. Untuk seragam kerja misalnya, tentu diperlukan kain yang awet karena untuk dipakai sehari-hari. Beda dengan gaun untuk pesta yang mungkin jarang dipakai,” Pungkasnya.

(Red B-Teks/RATNA DEVI)

Views: 374

One thought on “Jangan Salah Kaprah Menyebut Brokat Padahal Lace

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *