NewsTPT

WARTA DUNIA 32

BULETIN TEKSTIL.COM / Jakarta

SWEDIA

Peningkatan suhu pada musim panas sekarang ini terjadi diseluruh Dunia, hal ini menyebabkan munculnya tuntutan agar industri pakaian jadi memberikan kontribusi guna menanggulangi persoalan ini dalam kegiatan industri mereka. PBB menyatakan bahwa bulan Juli tahun ini tercatat sebagai bulan terpanas.

Gherzi Textil menyatakan bahwa selama periode 40 tahun terakhir ini, sesuai dengan tuntutan Fast Fashion, industri pakaian jadi telah menjalankan praktek rantai pasok yang ditujukan untuk dapat mengisi ulang ritel dan pasar secara tepat waktu dengan menjalankan sistem pasokan, kontrak produksi, pengiriman barang, infrastruktur penyimpanan barang dan layanan logistic yang kompleks. Kesemuanya itu menimbulkan efek terjadinya peningkatan jejak karbon di industri ini, sehingga perlu adanya perhatian untuk berkontribusinya industri pakaian jadi dalam upaya penanganan pemanasan global.

Pada COP27 tahun lalu, H&M Group Swedia telah menanda tangani Open Letter bersama 50 perusahaan global lainnya yang menyoroti perlu adanya dekarbonisasi di kegiatan industri, yang disebut sebagai Piagam Industri Pakaian Jadi untuk Aksi Perubahan Iklim, dengan penetapan undang-undang pengatasan perubahan iklim yang disejalankan dengan Perjanjian Paris.

Apa yang dapat dilakukan oleh industri pakaian jadi dalam pengatasan pemanasan global ini ?. Industri ini harus mengurangi dampak buruk kegiatan produksi yang meninggalkan jejak karbon besar selama ini. Laporan terbagu PBB menyatakan bahwa industri pakaian jadi telah mencapai kemajuan besar dalam Upaya ini, tapi masih jauh dari target yang diinginkan. 89% Perusahaan penanda tangan piagam telah menyampaikan kemajuan yang mereka capai kepada public.

Suatu lembaga pendanaan nasional riset dan inovasi di Inggeris (UK Research and Innovation) telah mengucurkan dana sebesar US$8,9 juta bagi beberapa proyek penelitian berkelanjutan dibidang tekstil dan pakaian jadi. UKRI bekerja sama dengan pakar industri dan pemangku kepentingan lainnya untuk membangun bank data guna mendukung inovasi yang akan membantu menggerakkan industri menuju sirkuar bisnis yang berkelanjutan.

Yang perlu diperhatikan bahwa segala Upaya tersebut diatas akan membawa konsekwensi peningkatan biaya produksi sehingga akan menaikkan harga jual produk. Bagi industri Fast Fashion hal ini bisa berarti bahwa mereka harus bergerak lebih cepat (fast) atau berusaha untuk menjual dalam volume yang menurun tapi tetap bisa mendapatkan margin keuntungan yang baik, diyakini bahwa krisis iklim yang harus diatas oleh semua pihak terkait akan berujung pada berakhirnya era barang-barang murah. (GlobalData).

HONDURAS

Wilson College of Textiles North Carolina telah mendapatkan hibah sebesar US$2 juta dari USAID guna memberikan pelatihan disektor pemintalan, pertenunan, perajutan, pencelupan dan pencetakan kain, serta pakain jadi bagi 1.500 warga Honduras. Program Hilando Oportunidades ini mencoba membekali generasi muda Honduras yang ingin berkarir dibidang tekstil dan pakaian jadi. Dalam pelatihan ini mereka bermitra dengan Universidad Technologica Centroamericana (UNITEC) Honduras.

Melissa Sharp Direktur Asosiasi Zeis Textiles Extension (ZTE) dari Wilson College yang menjadi pimpinan proyek ini menyatakan bahwa aspek kunci dari pelatihan ini adalah pengembangan keahlian yang terpola, sehingga dapat memberikan kemampuan untuk menjadi pekerja di industri tekstil dan pakaian jadi serta lebih lanjut membuka kesempatan bagi para peserta untuk mengembangkan diri menjadi professional dibidang masing-masing. Para peserta pelatihan mendapat sertifikat kredensial dari Credly yang dikeluarkan oleh North Carolina State sebagai bukti keterampilan yang mereka punyai.

Dekan Teknologi Tekstil Wilson College menyatakan bahwa dengan kerja sama pelatihan ini memberi kesempatan langka bagi warga Honduras karena menyediakan jalur untuk mendapatkan lapangan kerja, mendapatkan masa depan yang lebih cerah dan sekaligus menjadi rantai pasok tekstil regional bagi pasar North Carolina. (Just Style)

AUSTRALIA

Circular Sourcing, suatu platform digital di Australia merupakan lembaga yang membantu menyalurkan kain-kain sisa yang tidak terpakai dari para designer ternama. Melalui lembaga ini dimungkinkan untuk menjual kain-kain sisa tersebut kepada usaha mikro kecil, menengah dan bahkan usaha rumahan, sehingga terjadinya penumpukan kain stock dapat dihindarkan.

Suatu survey yang dilakukan di Australia pada tahun 2022 menyatakan bahwa sebanyak 10 ribu ton kain sisa tersebar diseluruh negeri yang tidak terpakai dan menjadi limbah yang harus dibuang. Pendiri Circular Sourcing menyatakan bahwa memang lembaga mereka tidak bisa menyelesaikan semua masalah terkait limbah bekas tekstil tapi mereka menawarkan jalan keluar yang penting untuk menjaga bahwa kain-kain sisa terebut masih dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, pemanfaat kain sisa ini membantu para designer untuk mengatasi penumpukan dan menjual kain stock mereka.

Pusat Inovasi Bisnis Sirkular Australia melihat potensi besar yang dimiliki oleh Circular Sourcing dan membantu penyediaan dana untuk proyek ini pada tahun 2022 yang lalu. Ketua tim proyek di Circular Sourcing menegaskan bahwa transformasi dari ekonomi linier ke ekonomi sirkular merupakan suatu keharusan dimasa mendatang dan kami di Circular Sourcing memberikan solusi guna mendukung industri tekstil menuju praktek sirkulaitas tersebut.

CEO Australian Fashion Council Leila Naja Hibri menambahkan bahwa inisiatif yang inovatif dari Circular Sourcing ini memainkan peranan penting membantu transisi industri Fashion ke praktek ekonomi berkelanjutan yang memungkinkan para designer mengurangi sisa kain yang menumpuk, memanfaatkan Kembali kain sisa atau mendaur ulang sisa kain.

Dalam menjalankan proyek ini Circular Sourcing bermitra dengan: Meriel Chamberlain (Full Circle Fibres), Stephen Morris-Moody (MTK), Dewi Cooke ( The Social Studia) dan Tim Harve, The Business Pickle.

FINLANDIA

Spinnova Finlandia telah menerima hibah dalam proyek pembuatan serat dari limbah tekstil dan limbah pertanian. Proyek ini ditujukan untuk memungkinkan serat hasil produksi Spinnova untuk didaur ulang melalui penambahan komponen dalam proses produksinya. Diyakini bahwa proses produksi serat ini akan membuka peluang bisnis baru disamping penghematan energi dalam proses produksi sehingga akan meningkatkan daya saing Spinnova.

Juha Salmela salah satu pendiri Spinnova dan juga memegang posisi sebagai Chief Technology Officer Spinnova menyatakan bahwa hibah yang mereka terima ini akan mendukung upaya pengembangan Perusahaan mereka untuk dapat melakukan kegiatan produksi serat bahan baku industri tekstil secara lebih kompetitif dan sejalan dengan rencana proses produksi secara berkelanjutan.
Hibah sebesar 3,9 juta Euro yang merupakan 50% dari total biaya proyek telah diterima sejak 15 April 2023 untuk periode waktu sampai dengan 14 April 2025.

Untuk menjalankan proyek tersebut Spinnova telah menandatangani kesepakatan pengembangan produksi benang dengan Perusahaan Tearfil Portugis, proses produksi pemintalan benang tersebut akan dilakukan di pabrik dan fasilitas R&D di Portugal pada bulan Juni yang lalu.

Kerjasama dengan Tearfil Portugis ditujukan agar serat yang sedang diteliti oleh Spinnova tersebut dapat diproses dipabrik pemintalan dalam skala komersial. Spinnova juga telah membuat kemajuan dalam upaya untuk menghasilkan serat yang akan menjadi bahan baku tekstil dan pakaian jadi dengan proses produksi secara sirkular. Pada awal tahun yang lalu mereka telah meningkatkan volume produksi serat tekstil yang dapat didaur ulang, serat yang sepenuhnya dapat terurai secara hayati ini dibuat dengan menggunakan bahan baku yang diambil dari kayu yang mereka budi dayakan sendiri. (Just Style).

MESIR

Peletakan batu pertama untuk membangun pabrik tekstil dilakukan di Zona Ekonomi Terusan Suez (SCONE) di Mesir. Pabrik yang mengambil lokasi di Kawasan Industri Terpadu Sokhna ini merupakan investasi dari perusahaan China. Pabrik akan memproduksi kain berkualitas tinggi yang ramah lingkungan dan pakaian jadi yang menggunakan teknik smart manufactur.

Pimpinan SCZONE Waleid Gamal El-Dein menegaskan bahwa mereka berkomitmen untuk mendorong pembangunan pabrik-pabrik, khususnya dalam kerangka kerja sama kemitraan dan investasi China antara lain dengan menyediakan fasilitas berupa: penyediaan infrastruktur, menyiapkan peraturan perundang-undangan penunjang, perjanjian perdagangan yang menyiapkan akses pasar hasil produksi dan lain-lain.

Pabrik Cady Egypt yang akan membangun 6 gedung ini direncanakan dalam tiga tahapan Pembangunan. Tahap pertama dimulai pada tahun 2023 akan dipakai untuk memproduksi tekstil rama lingkungan dengan kapasitas 50 ribu ton. Dengan luas pabrik 145,5 ribu meter persegi pabrik ini merupakan salah satu pabrik terbesar dalam Kawasan industri tersebut. Investasi yang dilakukan dengan dana US$60 juta ini diproyeksikan akan menghasilkan volume penjualan sebesar US$150 juta.

Pimpinan pabrik menyampaikan rasa terima kasih mereka kepada SCZONE yang menyiapkan segala fasilitas untuk investasi bagi perusahaan-perusahan dari China ini, yang bertepatan dengan peringatan 10 tahun the Belt and Road Initiatif pemerintahan China. Pabrik ini dikhususkan untuk memproduksi tekstil polyester, proses Dyeing, Printing dan Finishing. Sejalan dengan program The Belt and Road Initiatif, China akan menetapkan Mesir sebagai tujuan utama investasi asing mereka.

INDIA

Kerja sama antara Konglomerat Aditya Birla, Lembaga Pembangunan Jerman GIZ dan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup India telah disepakati dan telah mengeluarkan hasil berupa Laporan Penilaian Dasar tentang proses sirkularitas industri tekstil dan pakaian jadi India. Laporan Approaches for Circularity Textile and Apparel Industry in India (ACTAII) memuat tentang: wawasan konsumsi sumber daya. penanganan limbah dan upaya-upaya serta potensi perbaikan pada industri ini.

Proyek ACTAII ini ditujukan untuk membantu industri tekstil dan pakaian jadi India menerapkan prinsip ekonomi sirkular dalam seluruh tahap kegiatan produksi mereka. Untuk ini telah disiapkan: pedoman ekonomi sirkular, modul pelatihan sirkularitas dan pola kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan rintisan industri tekstil dan pakaian jadi.

Dari penelitian lembaga ini terungkapkan terdapatnya banyak peluang untuk mengurangi dan mengatasi sampah, tantangan berupa terbatasnya infrastruktur pendukung, tidak memadainya dukungan pemerintah dan rendahnya kesadaran konsumen atas penjagaan kelestarian lingkungan hidup.

Penelitian dimulai dengan fokus pada situasi dan kondisi terkini praktek sirkularitas pada industri tekstil dan pakaian jadi, tantangan yang dihadapi industri, titik-titik rawan dan potensi intervensi penerapan sirkularitas. Selanjutnya dilakukan kunjungan ke berbagai fasilitas terkait rantai kegiatan produksi, dilakukan pemetaan limbah serat dan tekstil.

Identifikasi telah dilakukan pada beberapa bidang terkait praktek sirkularitas yang antara lain:

  1. Pengelolaan Limbah: dilakukan Upaya pengurangan limbah dengan memperbaiki design produk, gunakan bahan bau ramah lingkungan, daur ulang limbah.
  2. Pembangunan infrastruktur yang mendukung sirkularitas berupa membuat pusat pengumpulan limbah dan pusat daur ulang limbah.
  3. Sosialisasi manfaat sirkularitas kepada seluruh stake holder
  4. Mendorong pemerintah untuk menetapkan kebijakan yang mendukung sirkularitas.
  5. R&D industri yang mempercepat pelaksanaan sirkularitas
  6. Mendorong keterlibatan konsumen dengan memberi fasilitas kemudahan dalam daur ulang dan membeli produk ramah lingkungan
  7. Pengelolaan akhir masa pakai produk tekstil dan pakaian jadi
  8. Penerapan strategi 6 R: Redesign, Reduce, Reuse, Remanufacture, Recycle dan Regenerate.

(Red B-Teks/Indra I)

Views: 24

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *