Harapan Industri Tekstil dari Kontestasi Pemilu 2024
BULETIN TEKSTIL.COM/ Jakarta – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berpotensi meraih berkah dari momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Habis Gelap Terbitlah Terang, sebuah buku karangan Raden Ajeng Kartini atau akrab disebut RA Kartini mengungkapkan bahwa setiap manusia akan mengalami masa-masa sulit.
Namun, juga akan merasakan masa-masa membahagiakan. Kondisi itulah yang diperkirakan akan menjadi titik balik perjalanan industri tekstil di Tanah Air saat ini. Ketika pandemi COVID-19, kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sempat berdengung di seantero negeri. Badai itu tak sekadar menghantam perusahaan teknologi, melainkan juga industri tekstil dan pakaian jadi (garmen).
Kementerian Perindustrian pada 8 November 2022, melaporkan tenaga kerja yang terdampak mencapai 92.149 orang dari industri tekstil dan garmen, dan 22.500 orang dari industri alas kaki. Laporan dari sejumlah asosiasi yang diterima Kemenperin mengungkap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki tengah mengalami kinerja yang melambat. Musababnya yakni menurunnya utilisasi di sektor industri serat (20 persen), spinning/pemintalan (30 persen), tenun dan rajut (50 persen), garmen (50 persen), pakaian bayi (20 sampai 30 persen), dan alas kaki (49 persen).
Beberapa perusahaan itu sudah ada yang memangkas jam kerjanya jadi 3-4 hari, yang biasanya 7 hari kerja. Setelah sempat terpontang-panting melewati masa pandemi, industri tekstil seraya kembali mendapatkan angin segar. Industri turunannya seperti kaos dan sablon mengelap berkah dari kontestasi politik jelang Pemilu 2024. Kebanyakan pesanan yang masuk adalah dalam bentuk kaos, bendera, hingga spanduk para caleg.
Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ignatius Warsito megamini bahwa kontestasi politik pada 2024, akan mendorong kinerja industri tekstil Indonesia dan turunannya.
“Dengan banyaknya partai, pasti kan menggeliatkan garmen kita. Ini juga berdampak ke hulunya baik kain dan benang. Saya yakin, optimis di tahun politik itu jadi berkah buat industri tekstil dan produk tekstil,” katanya.
Warsito meyakini kegiatan kampanye di tahun politik kali ini akan cukup masif meski tidak menyebutkan berapa besaran proyeksi pertumbuhan industri tekstil. Terlebih, berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah keseluruhan pemilih Pemilu 2024 diprediksi mencapai 206 juta orang, diproyeksikan ada sekitar 110 juta penduduk berusia 20-44 tahun akan ambil bagian Pemilu 2024.
“Itu akan berdampak pada (produksi) kaos-kaos partai,” katanya.
Dalam catatan Kemenperin, pada triwulan I 2023, laju pertumbuhan PDB industri TPT sebesar 0,07 persen, melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 3,61 persen (yoy). Kontribusi PDB industri TPT terhadap PDB nasional pada triwulan I 2023 juga mengalami penurunan menjadi 1,01 persen jika dibandingkan dengan triwulan I 2022 sebesar 1,10 persen. Penurunan juga terjadi pada utilisasi industri tekstil di Mei 2023, yaitu menjadi 67,59 persen. Begitu pula industri pakaian jadi yang penurunan utilisasinya menurun hingga 74,79 persen.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengamini, setiap tahun politik, baik pemilu, pilpres, atau pilkada, industri TPT merupakan industri yang ikut meningkat kinerjanya. Hal ini didasari karena permintaan meningkat.
“Gelaran politik tersebut masih butuh baju untuk kampanye dan cara ini masih dilakukan di daerah-daerah. Maka tahun politik tahun 2023 dan 2024 bisa menjadi momentum untuk meningkatkan permintaan produk TPT dalam negeri,” katanya.
Selain sektor TPT, sektor yang terdampak lainnya adalah sektor transportasi, sektor telekomunikasi, serta sektor penyediaan makan minum. Permintaan mereka, kata Huda biasanya meningkat ketika memasuki tahun politik. Namun demikian, ada kekhawatiran di kota-kota besar ada pergeseran pola kampanye menjadi kampanye secara digital menggunakan akun media sosial. “Ini akan menggerus permintaan walaupun tidak banyak menurut saya,” ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, efek Pemilu terhadap industri tekstil sudah terlihat tapi masih sangat kecil. Lebih lanjut, dengan adanya Pemilu seharusnya aktivitas industri bisa meningkat.
“Tapi kami masih khawatir peningkatannya tidak besar dan mampu mendongkrak kinerja industri ke kondisi normal, terlebih suplai dari kain-kain impor kan juga masih mendominasi,” kata Redma.
(Red B-Teks/Ly)
Hits: 25
Pingback: EDISI 32 Buletin Tekstil - BULETIN TEKSTIL