Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Afrika
BULETIN TEKSTIL.COM/ Jakarta
PENDAHULUAN
Dalam pengertian sebagai industri tekstil modern, menurut sejarahnya industri TPT awalnya berkembang di negara Inggeris pada saat revolusi industri dunia. Pada saat itu industri tekstil yang biasanya dikenal sebagai industri kerajinan tradisional dikembangkan sedemikian rupa melalui proses mekanisasi dalam pelaksanaan produksinya. Inggeris muncul sebagai negara produsen dan eksportir TPT dunia pada saat itu.
Suatu sifat unik dari industri TPT ini adalah:
- Industri padat karya yang memerlukan banyak pekerja dalam proses produksinya.
- Teknologi yang dipakai relatif sederhana, sehingga tidak memerlukan tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi.
- Margin keuntungan usaha industri ini tidak besar, yang menyebabkan perusahaan TPT tidak bisa memberi upah yang tinggi bagi pekerjanya.
Dengan sifat uniknya ini maka industri TPT akan mengalami situasi yang tidak kondusif pada saat pertumbuhan ekonominya suatu negara cukup tinggi. Pada kondisi ini para pekerja yang sudah mendapat kesempatan pendidikan yang baik mulai merasa tidak nyaman untuk bekerja di industri ini dan mulai menuntut upah tinggi yang tidak bisa diakomodir oleh perusahaan. Disisi lain para pengusaha TPT melihat bahwa banyak alternatif usaha lain yang secara ekonomis lebih menguntungkan, sehingga mulai berpikir untuk hengkang dari industri ini, atau merelokasi industri mereka ke wilayah lain.
Dalam situasi demikian ini, maka dalam sejarah, industri TPT dari Inggeris direlokasi ke wilayah Eropa Barat lainnya. Pada saat negara-negara Eropa Barat lainnya juga mengalami kondisi yang sama maka mereka juga harus merelokasi industri TPT. Giliran Empat Macan Asia, yang terdiri atas: Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong mengambil alih tongkat estafet industri TPT ini dan mereka menjadi produsen dan eksportir TPT Dunia yang unggul pada saat itu. Tongkat estafet ini kemudian perpindah ke negara-negara Asean, diperkirakan bahwa diwilayah Asean ini keberadaan industri TPT akan bertahan lama, karena ketersediaan beberapa faktor pendukung seperti: tenaga kerja, tingkat pertumbuhan ekonomi, indeks pertumbuhan SDM dan lain-lain.
Pada akhir tahun enam-puluhan kita melihat bahwa investasi industri TPT “meledak” di Indonesia dan beberapa negara Asean seperti: Indonesia, Thailand, Vietnam, Philippina. Indonesia dengan dorongan penuh dari pemerintah menempati posisi terkemuka sebagai produsen dan eksportir TPT pada era tersebut. Belakangan ini kita dilompati oleh Vietnam dalam predikat eksportir TPT dunia serta beberapa negara lain dikawasan ini cenderung akan menyusul.
Pasca Covid-19, pada tahun 2021, berdasarkan hasil penelitian International Textile Manufacturing Federation (ITMF) Swiss, terlihat minat investasi di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat tinggi, yang masing-masing sebesar 69% dari total responden di Eropa dan 50% dari total responden di Amerika Utara, mereka akan memasang mesin-mesin canggih untuk memproduksi barang-barang TPT untuk pasar menengah-atas.
Yang justru harus kita waspadai adalah bahwa dari penelitian yang sama ternyata negara-negara Afrika, menaruh minat yang besar juga untuk investasi dengan prosentase 60% dari total responden, dengan bantuan modal China, mereka akan memasang mesin-mesin TPT berteknologi “biasa” untuk menghasilkan produk bagi pasar menengah-bawah di dunia.
Pada saat hasil produksi TPT dari dua wilayah tersebut mulai merambah dan membanjiri pasar dunia, maka industri TPT kita yang lambat gerak investasinya akan kehilangan pasar kalangan atas di Eropa dan Amerika dan hilang juga pasar kalangan bawah dibeberapa belahan dunia lainnya.
Gambar 1. Minat investasi TPT berdasarkan Wilayah
Sumber: ITMF
Dengan segala keterbatasannya, industri TPT negara-negara Barat bisa kita anggap tidak terlalu mengkhawatirkan sebagai kompetitor, tapi pertumbuhan industri TPT di wilayah Afrika harus sangat mendapat perhatian segenap stake holder TPT Nasional. Karena pada akhirnya, berdasarkan perjalanan sejarah, diperkirakan bahwa “the last resort” bagi industri ini adalah AFRIKA.
Persoalannya, apakah perpindahan ke benua Afrika ini harus SEGERA atau masih bisa kita tunda, dan keberadaan industri TPT dapat bertahan di persada nusantara. Dengan segala kontribusinya seperti: pencipta lapangan kerja, penghasil devisa negara, social safety nett, lokomotif pertumbuhan ekonomi negara maka masyarakat tekstil Indonesia menganggap industri TPT PERLU DIPERTAHANKAN KEBERADAANNYA. Untuk itu maka pengenalan dan pemantauan geliat industri TPT di negara-negara Afrika wajib kita lakukan.
INDUSTRI TPT AFRIKA
Industri TPT tradisional di Afrika dapat dilacak dari jejak sejarahnya, antara lain dari situs arkeologi di Kissi, bagian utara Burkina Faso yang ditemukan tekstil yang dibuat dari wool atau bulu bianatang halus lainnya dan juga yang terbuat dari kulit binatang. Ditemukan juga di di Benin Nigeria. Sejarahnya menunjukkan bahwa tekstil ini dulu popular sebagai alat tukar pengganti mata uang dalam transaksi dagang waktu itu.
Sekian abad lalu, orang Mande dan Telem di Afrika Barat terkenal sebagai pengrajin yang menghasilkan kain strip, seperti yang ditemukan di situs gua Tebing Bandiagara Mali. Kerajinan kain strip ini dari Mali menyebar ke Afrika Tengah, ke negara-negara padang rumput seperti Kamerun, Ghana, Nigeria dan Kongo. Bahan baku yang digunakan antara lain: serat palem raphia, serat kapuk, sutera liar, kain kulit kayu ara, dan seiring berjalan waktu serat kapas semakin pouler di Afrika.
Alat tenun yang digunakan pada masa itu adalah:
Mesin Tenun Harizontal: menggunakan gun tunggal atau gun ganda yang digunakan oleh penenun sutera Asante, penenun kapas di Ewe dan Kamerun, penenun Djerma di Niger dan Burkina Faso, juga di Amhara Ethiopia.
Mesin Tenun Vertikal: Digunakan di Berber Afrika Utara, Yoruba di Nigeria. Banyak juga digunakan di Kamerun, Kongo, Sierra Leone dan Liberia.
TEKSTIL TRADISIONAL AFRIKA
Asante Kente: digunakan kalangan atas di Gold Coast Afrika Barat dan Ghana.
Gambar 2. Kain Asante Kente
Ewe Kente: dipakai oleh suku Ewe di Kerajaan Asante di Ghana dan Togo pada abad ke delapan belas.
Gambar 3. Kain Ewe Kente
Dagbon: Digunakan untuk baju luar (smock) di Ghana, sejenis kain tradisonal Ghana yang banyak dipakai sampai sekarang. Dulu digunakan oleh Ratu dan putri bangsawan.
Gambar 4. Kain Dagbon
Aso Oke Nigeria: sejenis kain tenun yang paling bergengsi dari Yoruba Nigeria, memerlukan keahlian tingkat tinggi dalam menenunnya. Berwarna indigo tradisional yang memerlukan pencelupan berulang sampai 14 kali. Aso Oke yang dibuat dari sutera mentah disebut Sanyan.
Gambar 5. Kain Aso Oke Nigeria
Faso Dan Fani: diproduksi di Burkina Faso oleh suku Marka, benangnya dipintal tangan, diwarnai dan ditenun menjadi kain strip.
Gambar 6. Kain Faso Dan Fani
Secara historis banyak negara Afrika mempunyai industri TPT yang dinamis. Barang-barang TPT buatan Afrika mempunyai daya tarik tersendiri di pasar TPT Dunia, mulai banyak brand internasional yang memindahkan sumber produksi mereka dari Asia ke Afrika, negara yang berada pada urutan depan saat ini adalah Ethiopia. Nilai produksi di Sub Sahara sekarang untuk pakaian jadi dan alas kaki sebesar US$ 31 Miliar dan bertumbuh dengan CAGR 5% dalam selang waktu 2019 – 2024.
Permintaan atas TPT Afrika semakin meningkat, baik untuk pasar lokal benua itu atau dari luar wilayah Afrika. Permintaan lokal meningkat karena pengaruh bertambah jumlah penduduk dan naiknya pendapatan masyarakat kelas menengah. Beberapa negara seperti Rwanda dan Afrika Selatan berencana merevitalisasi industri TPT mereka.
Beberapa tantangan dan hambatan yang dihadapi industri TPT Afrika antara lain sebagai berikut:
- Pelaksanaan proses produksi berlangsung dalam kondisi yang tidak sebagaimana mestinya, seperti: pelanggaran hak buruh, kondisi kerja yang tidak mengetengahkan safety, tidak efisien dalam penggunaan sumber daya air, energi dan bahan baku.
- Tingkat polusi lingkungan yang tinggi karena limbah produksi dan limbah pakaian bekas tidak diproses dengan baik. Limbah dibakar yang menimbulkan polusi asap atau dibuang kedalam tanah yang berpotensi memperbesar dampak rumah kaca, dampak sisa dyestuff, bahan kimia dan serat mikro yang masuk ke sungai akan menyebabkan gangguan pada lingkungan hidup, kesehatan masyarakat dan hilangnya keaneka ragaman hayati.
Berkembangnya industri TPT memberikan keuntungan besar bagi Afrika, karena munculnya industri yang dapat menciptakan lapangan kerja besar, yang memang dibutuhkan diwilayah ini dan juga akan meningkatkan keterampilan bagi warga mereka. Jadi kendala dan hambatan diatas harus diatasi, ada pemikiran bahwa Circular Economi merupakan kata kunci dalam mengatasi permasalahan ini.
SIRKULAR EKONOMI DI INDUSTRI TPT AFRIKA
Strategi Sirkular Ekonomi yang akan diterapkan:
- Memperkuat keterampilan sirkular ekonomi yang ada sekarang, dan menerapkan model bisnis untuk mendapatkan peluang lebih lanjut bagi generasi mendatang.
- Mengurangi limbah dan polusi dalam proses produksi guna meningkatkan daya saing dan menjaga lingkungan hidup
- Menanam tumbuhan tertentu yang dapat menyuburkan dan menyehatkan tanah untuk membangun pertanian serat sebagai bahan baku TPT.
- Menciptakan lapangan kerja dengan mengurangi limbah dan meningkatkan sirkulasi material.
Upaya Mendorong Sirkular Ekonomi di Bidang Produksi
- Produsen jeanswear, sportwear dan knitwear DEMCO di Tunisia, mempekerjakan karyawan sejumlah 3.500 orang, perusahaan ini mempunyai roadmap untuk sirkular ekonomi yang kuat dan berupaya keras untuk mewujudkannya dengan keyakinan penuh. Dalam pelaksanaan produksi mereka menggunakan 50% air daur ulang, energi yang dipakai terdiri atas 30% dari panel surya, semua limbah produksi dipilah, dikumpulkan dan dijual ke pembeli daur ulang bersertifikat. Beberapa tahun terakhir permintaan atas kain kapas organic produksi mereka meningkat pesat sampai 1000% dan permintaan akan kain daur ulang meningkat sebesar 400%.
- Designer dan pengusaha pakaian jadi Isatu Harrison di Siera Leone memproduksi pakaian dengan merek IZELIA. Isatu menggunakan zat warna alami yang tidak membahayakan lingkungan hidup. Dengan ini dia membuka lapangan dan peluang mendapatkan penghasilan kerja bagi warga masyarakat. Isatu juga membuka fasilitas pelatihan tekstil bagi warga masyarakat.
- Di Mozambik, designer Wacy Zacarias menciptakan merek Woogui yang difokuskan memproduksi pakaian jadi dengan konsep sirkular ekonomi yang berkelanjutan. Bahan baku yang digunakan adalah bahan alami seperti: serat kapas, daun pisang, plastic daur ulang, kulit batang dan Jerami, sedangkan untuk bahan pewarna digunakan pewarna alam.
INDUSTRI TPT
Afrika menghasilkan sekitar 11% dari proporsi kapas dunia, dan hanya 2% saja serat kapas tersebut yang dikonsumsi untuk kebutuhan lokal, bagian terbesar lainnya diekspor. Sejak tahun 2018 Benin berada pada posisi teratas sebagai produsen kapas, 95% serat kapas Benin diekspor. Urutan berikutnya sebagai produsen kapas Afrika adalah Mali dan Pantai Gading
Maroko menempatkan TPT pada urutan ketiga dalam industri pengolahan, sektor ini menyumbang 3% dari pendapatan negara dan membuka lapangan kerja bagi warganya sebesar 7%.
Terdapat lebih dari 1.900 perusahaan TPT di Tunisia, sekitar 70% adalah perusahaan garment dan perusahaan tekstil mengambil porsi 10%.
Ethiopia sekarang hanya mengekspor tekstil sebesar $115 juta, tetapi belakangan ini secara agresif mencoba menarik investor luar negeri untuk menanam modal di industri TPT mereka, antara lain dengan menawarkan beberapa fasilitas menarik seperti: insentif pajak, pembebasan pajak penghasilan, pembebasan bea masuk dan pajak impor.
Negara Nigeria mempunyai industri TPT yang lengkap dari sektor hulu ke hilir dan mempunyai potensi pertumbuhan yang kuat karena ketersediaan bahan baku berupa serat kapas serta pasar lokal yang besar dengan jumlah penduduk 170 juta jiwa.
Afrika Selatan, industri TPT menyumbang perekonomian negaranya sebesar 6,5 miliar Euro pada tahun 2014 dan bertumbuh pada tingkat 8,8% dalam satu dekade ini.
Singkatnya: Maroko, Tunisia, Ethiopia dan Afrika Selatan adalah ujung tombak pertumbuhan industri TPT di Benua Afrika.
ANALISA SWOT INDUSTRI TPT AFRIKA
Strength
- Bahan baku berkualitas tinggi, murah dan mudah dijangkau,
- Biaya tenaga kerja murah,
- Adanya dukungan, tunjangan dan insentif dari pemerintah,
- Permintaan yang tinggi bagi rpduk TPT di pasar lokal, adanya sinergi dalam rantai pasok TPT.
Weakness
- Pekerja tidak terampil dan buta huruf,
- Peringkat investasi yang tidak tinggi dalam industri TPT,
- Kurangnya riset dan penelitian & pengembangan di industri TPT,
- Mesin yang berumur tua dan tidak efisien.
Opportunities
- Adanya upaya untuk mempromosi produk TPT,
- Banyak konsumen yang ingin investasi di wilayah ini,
- Kondisi yang baik dan menguntungkan bagi investor asing,
- Adanya peluang untuk mendapatkan bantuan pendanaan bagi pengusaha baru.
Threats
- Peningkatan daya saing dari negara-negara produsen TPT maju yang menggunakan teknologi tinggi dan selalu berinovasi dalam produksi,
- Kebijakan pasar yang tidak fair dari negara-negara maju,
- Hambatan geografis,
- Peningkatan harga impor yang menaikkan biaya produksi.
DUKUNGAN AFRICAN DEVELOPMENT BANK
African Development Bank menjalankan inisiatif untuk mendorong industri pakaian jadi di Afrika melalui program Fashionomics Africa untuk mengungkit penciptaan lapangan kerja di negara-negara Afrika. Ditujukan untuk mendorong integrasi regional Afrika, meningkatkan perdagangan intra-Afrika, dan mengembangkan kewirausahaan . Pada awalnya ditargetkan pelaksanaannya di lima negara yaitu: Pantai Gading, Nigeria, Kenya, Ethiopia, dan Afrika Selatan yang kemudian akan diperluas kebeberapa negara Afrika yang lain.
Inisiatif Fashionomics Africa ini diharapkan dapat berkontribusi bagi industri TPT dengan cara:
- Meningkatkan jumlah pengusaha TPT yang mampu mengakses pasar TPT melalui platform e-commerce
- Memfasilitasi pengusaha TPT untuk memperoleh pembiayaan dari bank umum atau sumber pembiayaan lain
- Memperbanyak pengusaha TPT yang dapat memperolah keterampilan teknis dan bisnis melalui kegiatan capacity building
- Meningkatkan transparansi dalam industri TPT dan menyediakan informasi pasar yang relevan
- Menciptakan lapangan kerja bagi tenaga terampil dan tidak terampil di industri TPT
- Membangun iklim usaha yang kondusif bagi industri TPT
- Bimbingan dan penyuluhan bagi pengusaha
- Penyelenggaraan acara advokasi dan pameran dagang.
Pada bagian dua tulisan tentang industri TPT Afrika ini kami akan menyampaikan profile individu beberapa negara Afrika yang sekarang ini terlihat agresif melakukan investasi industri TPT dinegara masing-masing.
(Red B-Teks/Indra I)
Views: 50
Pingback: EDISI Ke 30 Buletintekstil.com - BULETIN TEKSTIL