InternasionalTPT

WARTA DUNIA 26

BULETIN TEKSTIL.COM/ Jakarta

PAKISTAN

Asosiasi Tekstil Pakistan menyatakan bahwa ekspor tekstil Pakistan menurun dengan signifikan sehingga para pengusaha harus mengambil jalan yang  berat berupa penurunan kegiatan produksi tekstil. Akibatnya, sekitar 7 juta pekerja tekstil terpaksa harus menerima nasib mengalami pemutusan hubungan kerja. Di samping penurunan ekspor, banjir di Pakistan juga telah merusak ladang kapas yang mengakibatkan penurunan suplai bahan baku kapas bagi industri tekstil.

Ekspor tekstil Pakistan mencapai nilai US$19,3 miliar pada tahun 2021 yang merupakan lebih dari 50% porsi total ekspor negara tersebut. Pada saat kekurangan bahan baku kapas maka banyak pabrik yang memproduksi seprei, handuk dan denim yang mengekspor hasil produksinya ke Eropa dan Amerika Serikat harus menutup pabrik, apalagi kebijakan pemerintah Pakistan yang menaikkan pajak baru-baru ini betul-betul memberikan pukulan telak bagi para pengusaha tekstil.

Inflasi tinggi yang ditambah dengan menyusutnya cadangan mata uang karena program Dana Moneter Internasional (IMF) yang juga memberikan tambahan kesulitan bagi industri dalam negeri Pakistan. Bank Negara menyatakan bahwa cadangan devisa Pakistan menurun sampai menjadi US$4,3 miliar, level terendah sejak Februari 2014.

Pakistan mengharapkan bantuan IMF untuk mencairkan pinjaman sebesar US$1,1 miliar yang merupakan bagian dari rencana pinjaman sebesar US$7 miliar yang telah tertunda sejak September tahun lalu. Serikat Pekerja melakukan protes akibat pemutusan hubungan kerja dan menuntut pembayaran upah yang belum dibayarkan.

Hampir 50% pabrik-pabrik tekstil tutup di awal abad, Sebagian lagi melakukan sistem kerja bergiliran bagi karyawannya. Asosiasi Pertekstilan Pakistan telah meminta Perdana Menteri Shehbaz Sharif untuk segera turun mengatasi persoalan yang menimpa industri tekstil Pakistan ini, sejumlah besar pekerja sudah di PHK dan jumlah yang lebih besar akan segera menyusul apabila tidak segera diambil Langkah serius oleh pemerintah Pakistan. Mereka juga meminta bantuan ke Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk memberikan pinjaman sebesar US$2 miliar guna melakukan impor bahan baku serat kapas dari Amerika. (dw.com)

JERMAN

Perusahaan Brain Biotech Jerman bekerjasama  memproduksi produk berbasis bio untuk bahan tekstil dan pakaian jadi dengan pemasok industri biomaterial inovatif industri tekstil AMSilk. Kerja sama ini dilakukan untuk mengoptimalkan sifat spesifik struktural protein yang akan dapat dipakai pada berbagai bidang aplikasi berorientasi tinggi di sektor tekstil.

AMSilk akan memproduksi bahan bioteknologi berbasis protein struktural karbon terbarukan yang dapat didaur ulang, 100% dapat terurai secara alami dan tidak mengandung mikro plastik. Dengan sifat-sifat mekanik dan biokimia yang baik, bahan biomaterial ini dapat digunakan untuk berbagai aplikasi seperti: pakaian jadi, peralatan medis dan otomotif. Serat yang diproduksi ini dapat dimodifikasi pada tingkat molekular sehingga memungkinkan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Pimpinan Ristek BRAIN Biotech’s Alexander Pelzer menyatakan bahwa teknologi pengoptimalan protein mereka, dengan mendasarkan desain rational sequence dan desain structure-driven, telah membuktikan keberhasilan mereka dalam banyak proses sebelumnya. Selanjutnya Unit Teknologi Enzim mereka, bekerja sama dengan AMSilk  akan mengembangkan struktur protein ini untuk menghasilkan bahan serat berkinerja tinggi untuk dibuat tekstil dan pakaian jadi.

BANGLADESH

Serikat Pekerja di Bangladesh menuntut pemerintah untuk dengan segera meninjau besaran upah minimum pekerja tekstil dan pakaian jadi, tuntutan mereka agar upah minimum dinaikkan dari US$75 menjadi US$215 perbulan.  Tuntutan ini diajukan sejalan adanya peningkatan inflasi tinggi yang melanda negara itu telah sangat menyulitkan kehidupan para pekerja. Ketentuan upah minimum ditinjau pemerintah setiap rentang waktu 5 tahun dan penetapan umah minimum terakhir adalah pada tahun 2018 yang lalu sebesar US$75/bulan bagi pekerja baru.

Serikat Buruh melakukan demo di depan Pers Club Nasional di Dhaka yang kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tuntutan ke Kementerian Tenaga kerja pada tanggal 5 Februari 2023. Tercakup dalam tuntutan para buruh ini antara lain: kenaikan upah minimum menjadi US$215 perbulan, kenaikan berkala sebesar 10% setiap tahun dibandingkan kenaikan 5% yang berlaku sekarang ini, pemberian tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi para pekerja.

Para buruh menyatakan telah terjadi perubahan kondisi ekonomi yang drastis dalam kurun waktu 2018 sampai 2022. Dengan tingkat inflasi yang naik meroket membuat tidak mungkinnya para buruh mendapatkan standar hidup layak. Tingkat inflasi Bangladesh sebesar 9,5% pada tahun 2022, merupakan angka tertinggi dalam 11 tahun.

Sejauh ini pihak Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh belum memberikan tanggapan atas tuntutan para buruh tersebut. Pada bulan November tahun 2022 pengusaha telah melakukan kerja sama dengan Master card melalui South East Bank Ltd. untuk melakukan digitalisasi pembayaran upah  buruh dengan meluncurkan kartu kredit dan kartu prabayar agar para buruh mendapat pilihan yang lebih nyaman, lebih aman dan lebih cerdas dalam mengelola pendapatannya di banding menerima uang tunai. (Just Style)

INGGERIS

Badan Lingkungan Hidup Eropa menyatakan bahwa penggunaan serat polyester dalam industri pakaian mencakup sekitar 60% dari total penggunaan serat. Lebih lanjut Universitas Portsmouth mengemukakan pendapat bahwa sebagian besar dari waste polyester ini berakhir di tempat pembakaran atau ditimbun di tempat sampah.

Perlu diketahui pembakaran waste polyester ini akan menimbulkan asap yang berpotensi menimbulkan polusi bagi lingkungan hidup, sedangkan serat polyester yang ditimbun ditempat sampah memerlukan waktu sekitar empat ratusan tahun untuk terurai sempurna. Selama waktu penguraian tersebut waste serat polyester ini akan mengeluarkan gas methan yang akan memperbesar efek rumah kaca bagi bumi yang mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

Untuk mengatasi masalah ini, Pusat Inovasi Enzim Universitas Portsmouth sedang menyelidiki cara memecah bahan kimia penyusun tekstil poliester untuk menciptakan daur ulang yang aman dan hemat energi. Tim peneliti sebelumnya telah mengembangkan solusi serupa untuk plastik sekali pakai, termasuk polietilen tereftalat (PET).

Pemberian zat warna dan proses kimia lain dalam kegiatan produksi tekstil akan menyebabkan susahnya serat yang dibuat dari bahan baku minyak buni ini untuk diurai secara alami. Tim penelitian menyatakan mereka akan mengembangkan enzim yang akan menghancurkan limbah pakaian dari serat polyester secara efisien dalam proses yang hemat energi.

Tim peneliti menyatakan bahwa mereka akan mengembangkan enzim yang dapat mendekonstruksi  PET dalam limbah tekstil dengan meniadakan resistensi yang timbul akibat penerapan proses pewarnaan dan proses kimia dalam rangkaian proses produksi tekstil tersebut. Limbah ini selanjutnya digunakan dalam proses daur ulang sehingga sustainability proses produksi dan close loop industry akan terwujud.

Proses daur ulang limbah berbahan baku serat polyester sekarang ini dianggap menggunakan energi yang besar, dengan diciptakannya enzim yang sedang diteliti oleh Universitas Portsmouth ini diharapkan penggunaan energi dalam proses daur ulang akan ditekan turun dan akan mewujudkan sirkular ekonomi yang ramah lingkungan dalam memproses limbah pakaian berbahan dasar polyester. Penelitian yang didanai oleh Dewan Riset Bioteknologi dan Ilmu Biologi (BBSRC) ini akan memakan waktu 18 bulan dan akan dimulai pada akhir taun 2023 ini. (Just Style)

BRUSSEL

Sirkular ekonomi diartikan sebagai upaya yang dilakukan ketika: Nilai Produk, Bahan Baku dan Sumber Daya dipertahankan selama mungkin keberadaannya. Dalam industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sirkular ekonomi menyiratkan juga cara-cara baru dalam merancang, memproduksi dan memilih produk yang akan diproduksi. Keniscayaan yang akan didapat dari sirkular ekonomi ini adalah: limbah akan berkurang dan daur ulang (recycle) akan di praktekkan.

Industri tekstil di Eropa telah mempelopori untuk memproduksi jenis produk baru barang-barang tekstil dengan menjalankan sustainability process dan daur ulang dalam proses produksinya, contohnya mereka memproduksi kain jeans dengan menggunakan benang hasil daur ulang dan membuat botol-botol plastik bekas untuk menjadi serat tekstil. Barang-barang tekstil yang dihasilkan ini termasuk “avant-garde” namun masih terdapat banyak hambatan yang antara lain: biaya produksi yang tinggi pada awalnya, kesulitan teknis dan proses produksi dan peraturan pemerintah yang belum seberapa mendukung gerakan sirkular ekonomi ini.

Sejalan dengan keinginan produsen tekstil untuk mewujudkan sirkularitas, pemerintah di negara-negara Uni Eropa mempelopori untuk menerapkan kebijakan dan peraturan yang mendorong upaya menerapkan produksi berkelanjutan (sirkularitas) ini. Pada bulan Maret 2020 pemerintah merilis gagasan Rencana Aksi Ekonomi Sirkular yang berisi tujuan untuk merubah cara produksi dan pola konsumsi barang, industri TPT merupakan sektor utama yang diharapkan akan menerapkan ketentuan ini.

Secara khusus Uni Eropa mengusulkan agar rencana aksi ini sudah dijalankan di seluruh industri TPT pada tahun 2021 yang lalu. Strategi ini  dimungkinkan untuk dijalankan apabila disertai langkah-langkah untuk mengatasi kendala nyata yang terdapat di masing-masing negara Uni Eropa dan penekanan pentingnya adalah memperhatikan keberadaan industri TPT UKM agar mereka tidak dibebani terlalu berat dalam menjalankan peraturan ini.

Dalam beberapa tahun belakangan ini EURATEX beserta para anggotanya telah melakukan sosialisasi dan konsultasi terhadap seluruh stake holder TPT, dari strata atas ke bawah. Apa yang dijalankan oleh EURATEX ini telah menemukan masalah yang dihadapi para pelaku industri di lapangan, mengusulkan strategi dan solusi baru pengatasan masalah, merumuskan tentang rantai nilai tekstil global dan terus mengembangkan ekonomi sirkulai dalam industri TPT.

EURATEX bekerjasama dengan pelaku industri yang dimulai dari industri kimia tekstil, industri TPT dari hulu ke hilir dan organisasi-organisasi Riset untuk mewujudkan gagasan tentang sirkular ekonomi ini. Yang cukup penting untuk diketahui kalangan tekstil adalah organisasi tekstil Eropa ini telah menerbitkan  7  Position Paper dalam rangka Extended Producer Responsibility (EPR) yaitu:

  1. EPR should be designed to support circularity
    2. EPR should value different Textiles
    3. EPR should solve real problems
    4. No contradictions in EPR schemes for textiles across the EU
    5. There should be agreement for 1 single Eco-modulation concept
    6. EPRs scheme should not bear detrimental unintended consequences
    7. EPR should enable CE through cooperation and shared responsibility

 PORTUGIS

Sedacor sebuah perusahaan pembuat gabus tutup botol anggur telah bermitra dengan perusahaan tekstil Portugis Textile Penedo, CITEVE dan Fakultas Teknik Universitas Porto untuk memanfaatkan gabus bekas tutup botol anggur menjadi benang yang dapat digunakan membuat kain rajut, kain tenun dan non woven fabrics.

Gabus yang dibuat dari kulit pohon eik ini dijadikan pasta untuk kemudian dibuat inti benang yang diberi merek CORK-A-TEX. Kain yang dibuat dari bahan baku daur ulang ini mempunyai sifat yang alami, hangat dalam pemakaian, hipoalergenik, daya tahan geseknya tinggi dan dapat digunakan untuk berbagai jenis barang tekstil seperti pakaian, tekstil rumah tangga dan lain-lain.

Hasil uji sifat-sifat benang ini dinyatakan sebagai berikut: kekuatan putus tinggi, elongasi tinggi, daya tahan gosok yang baik, resistensi terhadap pilling baik, stabilitas dimensi dalam pencucian, daya tahan sobek yang tinggi dan mempunyai sifat antibakteri.

Kebaikan lain dari proses daur ulang gabus bekas tutup botol ini adalah: memperluas penggunaan bahan yang ramah lingkungan, adanya proses sirkulariti dengan proses daur ulang ini, yang lebih jauh dianggap dapat mempertahankan keberadaan hutan alam yang secara alami  dapat menyimpan lebih dari 14 juta ton CO2 pertahun. Tantangan yang dihadapi sekarang ini adalah kesulitan dalam teknologi proses yang tersedia dan  biaya investasi yang tinggi.

(Red B-Teks/ Indra I)

Views: 27

One thought on “WARTA DUNIA 26

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *