Warta Dunia
BULETIN TEKSTIL.COM/ Jakarta
INGGRIS
Mundurnya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dari jabatannya pada awal Juli 2022 telah menimbulkan kekhawatiran bagi kalangan produsen pakaian jadi di negara itu. Sebelumnya Boris Johnson menjanjikan akan mendukung dana sebesar kurang lebih US$ 100 juta untuk sektor pakaian jadi Inggris.
CEO Fashion Enter Ltd menyatakan bahwa janji yang diucapkan secara lisan dan belum dibuat dalam keputusan resmi tersebut dikawatirkan tidak akan dapat dipenuhi oleh pemerintah Inggeris. Bantuan dana ini ditujukan untuk mengembangkan pakaian jadi dari kain tenun dan kain jersey yang menggunakan bahan baku serat wool dari Welsh. Pengembangan sektor ini dirasakan perlu oleh para produsen pakaian jadi sekarang ini dan untuk itu diperlukan dukungan pendanaan dari pemerintah.
Dalam rangka menyambut rencana bantuan tersebut, Fashion Enter Ltd bekerja sama dengan Fashion Roundtable telah merumuskan langkah-langkah strategis untuk memproduksi benang wool dan campuran wool dengan serat lainnya, serta berencana untuk melakukan proses daur ulang wool. Rencana besar mereka yang lain adalah dengan membangun cluster industri pakaian jadi berskala kecil disuatu lokasi tertentu, yang diyakini bahwa model ini bisa bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan yang secara umum dihadapi oleh industri pakaian jadi sekarang ini dan diharapkan akan dapat meraih sukses. (JustStyle)
VIETNAM
Dalam upaya untuk mengurangi jejak carbon (carbon foot print) dalam proses produksi pakaian jadi dan alas kaki di Vietnam, produsen sektor ini mencoba mengurangi penggunaan energi yang menggunakan bahan bakar fosil dan beralih kepenggunaan energi yang terbarukan, yaitu sinar matahari. Karenanya mereka memasang sel surya untuk menghasilkan energi tersebut di atap pabrik mereka.
Icebug suatu perusahaan sepatu dari Swedia melihat bahwa Arc’teryx sedang memasang panel surya dibeberapa perusahaan Vietnam, karenanya David Ekelund seorang pimpinan di Icebug menganggap bahwa penggunaan sinar matahari untuk menghasilkan energi yang diperlukan dalam proses produksi merupakan jalan keluar yang strategis.
Dengan melihat bahwa ketersediaan sinar matahari yang berlimpah di Vietnam, Ekelund menetapkan target bahwa pada tahap 1 pada tahun 2022 mereka akan menggunakan sumber energi terbarukan yang bersih dari carbon ini sebesar 50%. Sebagai produsen barang-barang untuk keperluan luar-ruangan (outdoor product) mereka sangat memperhitungan efek rumah kaca dalam seluruh rantai pasok, mulai dari proses produksinya sampai ke pasar.
Energi merupakan bagian dari emisi yang dihasilkan dalam proses produksi, karenanya semula mereka berpikir bahwa dengan meninggalkan penggunaan batubara sebagai penghasil energi sudah cukup aman, tetapi kemudian ternyata itu belum cukup dan energi terbarukan dari sinar matahari merupakan jawaban final untuk upaya mengurangi carbon foot print di industri garment.
Proyek energi bersumber dari sinar matahari di Vietnam ini dipelopori oleh Clean Energy Investmen Accelerator (CEIA) dan Apparel Impact Institute (AII) Yang berbasis di Amerika Serikat serta IDH Sustainable Trade Initiative dari Belanda dengan Team Lokal Vietnam yang diketuai Dr. Hang Dao. Sedangkan perusahaan garment dan alas kaki pemakai jasanya adalah Icebug, Columbia, GAP Inc, Lulumon Athletica dan perusahaan retailer Target.
Proyek solar sel ini dibagi menjadi tiga tahap
Tahap pertama: Team CEIA merekrut 10 – 20 pabrik untuk bekerja sama dengan memberi penjelasan teknis bagaimana menjalankan proyek tersebut pada pabrik-pabrik mereka,
Tahap kedua: Team mengembangkan metodologi dan pelaksanan pemasangan serta uji coba peralatan pengahsil energi matahari ini sampai menunjukkan keberhasilan sehingga pabrikan-pabrikan lain merasa tertarik untuk menerapkan diperusahaan mereka
Tahap ketiga: difokuskan pada usaha untuk scalling up guna menyebarkan penggunaan energi sinar matahari ini pada wilayah-wilayah industri yang lebih luas. (Sustonmagazine)
EROPA
Textile Exchange mengajukan visi tentang daur ulang serat polyester sebagai berikut:
- Perlu lebih banyak perusahaan yang bergabung dalam Gerakan Tantangan Daur Ulang Serat Polyester 2025, dengan target ambisiur mengurangi penggunaan virgin fiber sebesar 45%.
- Perusahaan-perusahaan tersebut harus berkomitmen penuh untuk mencapai target tersebut.
- Konsumsi material bahan baku virgin fiber secara keseluruhan -tidak hanya yang berbasis fosil- perlu dikurangi.
Dalam rangka mengkampanyekan visi ini Textile Exchange menyelenggrakan Gerakan Tantangan Daur Ulang Serat Polyester 2025. Sejak peluncurannya pada April 2021 sampai dengan Desember 2021, sebanyak 132 perusahaan tekstil dan pakaian jadi telah ikut serta menandatangani gerakan ini dengan komitmen untuk menggunakan serat polyester daur ulang dalam range 45% keatas dalam seluruh rantai pasok produk mereka.
Perusahaan-perusahan yang telah berkomitmen ini diharuskan untuk melaporkan konsumsi serat polyester mereka setiap tahunnya kepada ke Survey Corporate Fiber and Materials Benchmark (CFMB) dari Textile Exchange. Proses produksi menggunakan bahan baku hasil daur ulang digencarkan untuk mengurangi jejak karbon yang akan membebani bumi dengan pelepasan emisi yang dihasilkan dan ini akan meningkatkan efek rumah kaca bagi bumi kita. Dinegara-negara maju yang kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup sudah tinggi maka preferensi konsumen dalam membeli pakaian dan alas kaki memasukkan faktor jejak karbon dalam setiap tahap proses produksi produk sampai dengan barang tersebut didelivery dietalase toko.
AMERIKA SERIKAT
Data biro Pusat Statistik Amerika yang dikeluarkan pada minggu kedua Juli 2022 menunjukkan tingkat inflasi sebesar 9.1% dalam 12 bulan yang berakhir bulan Juni 2022, angka ini sejalan dengan inflasi disektor apparel sebesar 5,2 % dalam kurun waktu 12 bulan terakhir ini. American Apparel and Footware Asociation (AFFA) menganggap bahwa Section 301 Tarrif yang dikenakan terhadap consumer goods seperti pakaian jadi dan sepatu menjadi penyebab utama peningkatan inflasi ini.
Untuk itu AAFA meyakini bahwa mengakhiri Section 301 tariff akan menyelesaikan permasalahan meningkatnya inflasi yang besar ini. AAFA menyatakan bahwa semua jenis pakaian dan alas kaki naik harganya seperti: Pakaian bayi (10,0%), pakaian pria (8,1%), alas kakai remaja (6,7%), alas kaki Wanita (6,0%) dan alas kai pria (9,6%). Presiden AAFA Steve Lamar menegaskan bahwa inflasi yang dipicu oleh tariff ini akan merusak ekonomi Amerika.
Untuk itu diharapkan bahwa Presiden Biden segera mencabut penerapan section 301 tariff ini terhadap barang-barang consumer goods seperti pakaian, sepatu rangsel dan lain-lain. Dia menekankan bahwa bila tindakan itu diambil dengan segera maka akan efektif untuk menurunkan beban yang disebabkan peningkatan inflasi ini bagi rakyat Amerika yang berpenghasilan rendah.
AUSTRALIA
MySale yang dikenal sebagai toko online dengan harga murah, adalah platform ritel yang didirikan di Australia pada tahun 2007, menawarkan produk-produk pilihan yang antara lain adalah pakaian jadi fashion. Situs ritel yang digunakan adalah tiga situs web dan aplikasi seluler yaitu: OZSALE,com.au , NZSALE.co.nz dan SINGSALE.com.sg. Situs MySale PLC ini menghubungkan transaksi dagang pakaian antara pembeli dan penjual secara global ke situs e-commerce Australia dan Selandia Baru.
MySale PLC terdaftar di London Stock Exchange, mengoperasikan 12 situs e-commerce yang melayani pelanggan di beberapa negara, antara lain: Australia, Selandia Baru, Singapura, Malaysia dan Hongkong dan lain-lain.
Dalam transaksi di bursa London tersebut Frasers Group mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi 28,7% kepemilikan MySale PLC, langkah ini dilakukan oleh Frasers untuk menciptakan peluang kemitraan strategis dalam penguasaan pasar produk fashion. Lebih jauh jalur pemasaran ini akan dimanfaatkan oleh Frasers untuk meningkatkan perdagangan sesuai perbedaan musim antara Eropa dan Australia serta New Zealand.
Frasers Group memiliki usaha ritel, termasuk departmen store House of Frasers dan Flannels serta ritel produk olahraga Sport Direct, bulan lalu mereka mengakusisi Missguided dengan nilai transaksi sebesar US$25,2 juta. Pada bulan Juni 2022 Frasers Group memperluas penguasaan mereka dalam bisnis fashion dengan membeli dan memiliki 26% saham di Hugo Boss. Untuk menakhodai langkah-langkah ambisius ini Frasers Group, pada 1 Mei 2022 telah menunjuk Michael Murray sebagai CEO.
(Red B-Teks/ Indra I )
Views: 78